Kamis, 26 Januari 2017

Bagaimana Menilai dan Memilih "Nabi dan Guru" Yang Benar di Abad Milenium...?

" Saat Matahari Terbit Dari Ufuk Timur,
Memancarkan Cahaya Kehidupan dan Perubahan Bagi Alam Semesta "


Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.


  Bagaimanakah Menilai dan Memilih  
 "Nabi dan Guru" Yang Benar 
di Abad Milenium ? 


"Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu."

Oleh :  
Putra Dari Ufuk Timur

Orang-orang mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah seorang utusan Allah yang disebut Nabi ataupun Guru yang mengajarkan kebaikan kepada manusia. Selama berada di dunia, Dia melakukan banyak tanda dan mujizat di hadapan banyak orang. Yesus Kristus membuat banyak orang buta bisa melihat kembali, orang bisu bisa berkata-kata, orang lumpuh bisa berjalan, menyembuhkan banyak orang sakit, memberitakan kabar baik kepada orang miskin, mengusir banyak setan dan roh-roh jahat, bahkan Ia membangkitkan orang yang sudah mati. Yesus Kristus sangat disukai oleh banyak orang karena pengajaran-Nya memberikan kesejukan dan kedamaian.

Segelintir orang hanya mau mengakui Yesus Kristus sebagai Nabi dan Guru saja, namun mereka menolak untuk menyembah Dia sebagai TUHAN ALLAH. Salah satu alasan dan pendapat mereka didasarkan bahwa TUHAN ALLAH tidak dapat dipersekutukan dan tidak bisa dipersamakan dengan yang lainnya, sebab TUHAN ALLAH Maha Kudus. Tentunya mereka melihat pada kondisi Yesus Kristus sebagai manusia, sedang manusia adalah ciptaan Allah. Itu sebabnya, Yesus Kristus tidak boleh disembah sebagai TUHAN ALLAH, demikian juga para malaikat tidak boleh disembah, sebab malaikat juga ciptaan-Nya. Malaikat hanya kudus tetapi tidak maha kudus, apalagi manusia dan ciptaan lainnya di dunia ini. Apakah TUHAN ALLAH bisa menjadi manusia, sedangkan manusia penuh dosa ?--itu sangat tidak mungkin -- demikian pendapat mereka. Tentu berbagai ajaran, doktrin dan pendapat orang-orang seperti ini perlu dipahami, karena mereka juga adalah "anak-anak manusia" yang sedang mencari formula untuk mengenal Sang Pencipta.

Ajaran-ajaran, doktrin dan pendapat yang menyatakan bahwa Yesus Kristus tidak boleh disembah sebagai TUHAN ALLAH, bisa saja "salah" dan "ditolak", sebab masih ada Kristen yang menyembah-Nya sebagai Juruselamat dan Sang Pencipta. 

Kristen berkata : "Bukankah TUHAN adalah Allah Yang Maha Kudus dan Allah Yang Maha Tinggi, tetapi Dia juga adalah Allah Yang Mahakuasa?". Jika TUHAN adalah Allah Yang Maha Kuasa, "Apakah Dia tidak bisa menjadi manusia yang sempurna seperti manusia lainnya, tetapi Dia tetap Maha Kudus?". Itu sebabnya, Kristen mempertahankan prinsip untuk tetap menyembah Yesus Kristus sebagai TUHAN ALLAH. Selain itu, Kristen juga berpendapat bahwa jika TUHAN adalah Allah Yang Maha Kuasa, "Mengapa manusia berani untuk membatasi kemahakuasaan-Nya?". Dalam kemahakuasaan-Nya, "Bukankah TUHAN ALLAH sanggup melakukan segala sesuatu, termasuk menjadi seperti manusia?”. Jika TUHAN ALLAH tidak bisa menjadi manusia, maka Dia bukanlah Allah Yang Maha Kuasa.

Selain menyembah Yesus Kristus sebagai TUHAN ALLAH, Kristen pun bermegah karena Yesus Kristus adalah Tuhan dan Guru, bahkan Dia lebih dari seorang nabi. Hal ini didasarkan pada kesaksian Yesus Kristus tentang diri-Nya sendiri, yaitu : " Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu." (Yohanes 13 : 13-15). 

Pernyataan yang diucapkan oleh Yesus Kristus bukan hanya untuk menunjukkan bahwa diri-Nya adalah seorang Guru saja, tetapi juga menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan. Pernyataan seperti ini pernah diucapkan dengan suara nyaring oleh seorang wanita yang bernama Elisabet, yakni ibu dari nabi Yohanes Pembabtis ketika ia penuh dengan Roh Kudus, sewaktu Maria ibu Yesus bertemu dengannya. Elisabet berkata : "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana." (Lukas 1 : 42-45). Kejadian ini terjadi sebelum Yesus Kristus lahir.

Dengan demikian, ada orang yang menyembah Yesus Kristus sebagai Tuhan, tetapi ada pula orang yang tidak mau menyembah-Nya. Pertentangan diantara banyak orang sudah terjadi sejak Yesus Kristus berada di dalam dunia sebagai "Anak Manusia". Hal ini telah dinubuatkan oleh seorang bernama Simeon, ketika Yesus berumur 8 hari. Dia dibawa oleh orang tua-Nya ke Yerusalem untuk diserahkan kepada Tuhan dan di sunat (dipotong kulit khatan) menurut hukum Taurat Musa, sebab tertulis dalam hukum Tuhan : "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah". 

Simeon adalah seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya ditangannya sambil memuji Allah, katanya :"Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." (Lukas 2 : 29 - 32). Dan bapa serta ibu Yesus amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu : "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan--dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri--, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang." (Lukas 2 : 34). Berdasarkan nubuat dari Simeon, dapat diketahui bahwa adalah sesuatu yang wajar diterima, jika sejak dahulu hingga saat ini, banyak orang melakukan perbantahan mengenai status Yesus yang disebut Kristus.

Terlalu banyak upaya, cara, pola, model dan usaha dilakukan oleh "anak-anak manusia" di dunia sejak dahulu kala hingga jaman millenium untuk mencari TUHAN ALLAH. Kesemuanya dilakukan menurut pendapat dan pandangan masing-masing. Hal ini adalah hak azasi manusia yang tidak bisa diperbantahkan. Ajaran tentang "Kebenaran" dicari oleh banyak orang, baik suku, kaum, bangsa dan bahasa di dunia sekaligus menjadi "kebutuhan azasi" bagi manusia.

Berdasarkan keinginan yang kuat untuk memenuhi "kebutuhan azasi" tersebut, maka manusia kemudian membentuk agama dan aliran kepercayaan menurut pandangan dan tafsirannya tentang "ketuhanan". Para pendiri agama tersebut memiliki keyakinan yang diajarkan kepada para pengikutnya, mereka pun menjadi suatu kelompok dengan sistem yang mengatur "keimanan", tata beribadah kepada "oknum atau zat" yang mereka yakini berkuasa, dan tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan sosial dan lingkungan sekitarnya.

Sebagian besar agama dan aliran kepercayaan mengajarkan kebaikan dan "norma" kesusilaan diantara kelompoknya, karena manusia cenderung menyukai sesuatu yang "baik" dan membenci kejahatan, walaupun ada sebagian kecil "agama" yang melakukan "kejahatan kemanusiaan" kepada sesama manusia diluar kelompoknya, tetapi menganggapnya sebagai "kebaikan" dan kepatuhan kepada ajaran agamanya, bahkan dianggap menguntungkan kelompoknya itu. Tetapi cara dan pola penerapan agama "tertutup" tersebut, mungkin tidak dapat dikategorikan sebagai "agama", sebab pengertian agama adalah : 

"Sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya".
(Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI)

Menurut informasi terkait jenis-jenis agama di dunia, terdapat 7 (tujuh) kelompok agama berdasarkan sumber lahir ajarannya, yaitu : Agama-agama Abrahamik, Agama-agama India, Agama-agama Persia, Agama-agama Asia Timur, Agama-agama Diaspora Afrika, Agama-agama Tradisional Pribumi, dan Agama-agama Politeisme Sejarawi. 

Kelompok agama Abrahamik terdiri dari 10 agama (sesuai sebutan umum dan prinsip ajarannya), diantaranya adalah : Yudaisme, Kristianitas (terdiri dari : Kristen, Katholik dan aliran-aliran/denominasi pecahannya yang tidak sedikit---namun secara substansi ke-Tuhan-an sangat berbeda diantaranya), Sabianisme, Rastafarianisme, Samaritanisme, Universalisme Unitarian dan Islam. Kelompok agama India terdiri dari 6 agama, antara lain : Ayyavazhi, Buddhisme, Din-i-llahi, Hinduisme, Jainisme dan Sikhisme. Kelompok agama Persia terdiri dari 8 agama, yakni : Babi'isme, Bahaisme, Gnostisisme, Mandaenisme, Manichaeisme, Mazdakisme, Yazdanisme dan Zoroasterisme. Kelompok agama Asia Timur terdiri dari 6 agama, yakni : Konfusianisme, Shintoisme, Taoisme dan agama lain yang menjadi turunannya. Kelompok agama Diaspora Afrika terdiri dari 13 agama, yakni : Batuque, Candomble, Mitologi Dahomey, Mitologi Haiti, Kumina, Macumba, Mami Wata, Obeah, Oyotunji, Quimbanda, Santeria (lukumi), Umbanda dan Vodou. Kelompok agama Tradisional Pribumi tersebar di berbagai benua, baik di Afrika, Amerika, Eurasia, Oceania (Pasifik). Dan kelompok agama Politeisme Sejarawi, tersebar di berbagai tempat dengan sebutan Agama-agama Timur Dekat Kuno, Agama-agama Indo Eropa dan agama-agama Helenistik.

Selain agama, juga terdapat beratus-ratus bahkan beribu-ribu aliran kepercayaan "tradisional", animisme, dinamisme dan filsafat kebudayaan yang dimiliki oleh masing-masing suku-suku bangsa di dunia menurut pandangan dan versi-nya. Secara prinsip, baik agama maupun aliran kepercayaan tetap mengatur kehidupan manusia (penganut)-nya kearah "kebaikan" diantara para penganutnya.

Begitu banyak agama, aliran kepercayaan dan turunannya cenderung bersifat dogmatis, dan menciptakan "kebingungan" bagi banyak orang, ketika satu sama lain bertemu dalam "populasi" yang heterogen. Kebingungan tersebut memicu munculnya sikap dan upaya manusia untuk membenarkan ajaran agama maupun aliran kepercayaan secara subyektif. Namun, segala ajaran agama maupun aliran kepercayaan manusia yang dianggap "baik" belum tentu "benar". Kebaikan bersifat sementara, tetapi "kebenaran" bersifat kekal, sebab dalam kebenaran pasti terdapat kebaikan, sebaliknya dalam kebaikan, belum tentu terdapat kebenaran.

Kebingungan yang telah sekian lama menjadi polemik, membuat tidak sedikit manusia meninggalkan ajaran agama maupun aliran kepercayaan untuk menjadi "Atheis". Dengan demikian, polemik ini membutuhkan adanya konsep penilaian secara obyektif terhadap ajaran berbagai "agama" dan "aliran kepercayaan" di dunia. Penilaian yang obyektif menggunakan kriteria yang logis sebagai dasar dan pedoman dalam menentukan mana "ajaran" yang benar, dan mana "ajaran" yang tidak benar. 

Kebenaran suatu "ajaran" diukur dari semua perilaku dan perbuatan dari pendiri "ajaran" serta penganut ajarannya. Diantara, pendiri "ajaran" dan penganut "ajaran", yang paling utama menjadi point penilaian adalah  pendiri "ajaran". Inilah kriteria dasar bagi penilaian terhadap ajaran agama dan aliran kepercayaan untuk menuju pada "kebenaran". Perilaku dan perbuatan dari pendiri "ajaran" adalah kriteria yang logis, sebab manusia masih berada di dalam dunia.

Pendiri ajaran agama maupun aliran kepercayaan tertentu yang disebut "Nabi" dan sekaligus disebut "Guru" ketika ia mengajarkan ajarannya kepada orang lain, haruslah memiliki perilaku kehidupan yang lebih dulu menjadi kesaksian terhadap ajaran-nya. Bukan hanya pengakuan dari mulutnya saja, atau kesaksian orang lain tentang dia, tetapi kehidupan dan perbuatan hidupnya harus dan "wajib" menunjukkan tata keimanan (kepercayaan), peribadatan kepada "Oknum Yang Mahakuasa", dan tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia lain serta lingkungannya. 

Nabi adalah seorang manusia yang mendapatkan wahyu dari "Oknum yang dianggap Mahakuasa" dan misinya. Dalam Alkitab Kristen, menjelaskan bahwa nabi adalah seseorang yang diutus oleh TUHAN ALLAH untuk menyampaikan firman-Nya kepada manusia, dan dalam melakukan tugas kenabiannya ia melakukan tanda atau mujizat. Setiap perkataan nabi yang menjadi "nubuat" akan terjadi dan terpenuhi, menunjukkan bahwa ia adalah utusan TUHAN ALLAH. Nabi pun bisa didefinisikan sebagai seseorang yang menjadi petenung, peramal, penelaah, penyihir, pemantera ataupun seseorang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang mati. Hal ini terlihat dengan jelas dalam Alkitab Kristen yaitu kitab Ulangan 18 : 9 - 22. 


Kata ‘Nabi’, secara hurufiah dalam bahasa Ibrani berarti ‘pembicara’ dan ‘pelihat.’ Kedua arti kata nabi ini sering digunakan silih berganti (1 Samuel 9:9; 2 Raja 17:13; Yesaya 29:10; 30:10; Mikha 3:6-7). Seorang nabi disebut sebagai ‘pembicara’ karena ia bertugas untuk mengumandangkan firman Allah kepada pendengar yang dimaksud. Dalam penyampaiannya, seorang nabi sering kali mengatakan, “Dengarlah ... sebab Tuhan berfirman ...” (Yesaya 1:2), ”...demikianlah firman Tuhan, ...” (Yeremia 4:1), dll. Seorang nabi disebut juga ‘pelihat’ karena kadang-kadang mereka menerima pengetahuan akan kehendak Allah melalui mimpi, penglihatan (bdg. Yehezkiel 1:4-28; Zakharia 1-6). Kata “nabi” menunjuk pada seorang yang telah ditetapkan Allah untuk menyampaikan firmanNya. Seorang yang berbicara untuk Tuhan, seorang pembicara yang dipilih Allah untuk menerima dan menyatakan sabda Allah, meskipun berita itu kadang-kadang menyakitkan pendengarnya. 

Seorang nabi bukan hanya menyampaikan firman Allah kepada orang lain, tetapi juga kadang-kadang firman Tuhan untuk dirinya sendiri (Keluaran 3:10,12,14; Yeremia 1:4,7,9, dll). Jadi dapat dikatakan bahwa nabi adalah seorang juru bicara Allah, atau penyambung mulut Allah untuk mengatakan kehendak-Nya kepada manusia. Tetapi perlu diketahui juga bahwa Alkitab membedakan nabi dalam dua kelompok, yaitu nabi Allah atau nabi yang benar dan nabi palsu (1 Raja 18:22; Matius 24:24; 1 Yohanes 4:1; dll). Dalam kitab Ulangan 18 : 19-22, Allah melalui nabi Musa memberikan ciri-cirinya. Ciri-ciri seorang nabi yang benar, adalah : (1) "Tuhan" yang menaruh perkataan (firman) dalam mulutnya; (2) Hanya mengatakan yang diperintahkan "Tuhan" kepadanya; (3) Dia berbicara demi nama "Tuhan"; (4) Apa yang dikatakannya benar-benar terjadi. Sedangkan ciri-ciri seorang "nabi palsu" : (1) Terlalu berani berbicara demi nama "Tuhan"; (2) Dia mengucapkan perkataan yang tidak difirmankan "Tuhan"; (3) Berbicara demi nama allah lain; (4) Perkataannya tidak terjadi. Dengan demikian, “nabi” adalah “jabatan” yang diberikan oleh Allah kepada seseorang yang dipercaya untuk melakukan kehendak Allah, dan “nubuat” juga bisa berarti “tugas” yang dipercayakan kepada seorang nabi untuk dilakukan sepenuhnya.

Nubuat selalu berhubungan dengan"Nabi". Kata ‘nubuat’ menunjuk pada berita apa pun yang diberikan oleh Allah untuk disampaikan kepada manusia oleh seorang nabi sebagai wakil Allah. Berita (firman) ini datang melalui pewahyuan, penglihatan dan langsung dari mulut Allah. Berita yang disampaikan nabi itu berhubungan dengan peristiwa masa lampau, masa sekarang dan juga masa yang akan datang. Kitab Yesaya 42:9 mengatakan, “Nubuat-nubuat yang dahulu sekarang sudah menjadi kenyataan, hal-hal yang baru hendak Ku-beritahukan. Sebelum hal-hal itu muncul, Aku mengabarkannya kepadamu.” 

Perbedaan antara istilah ‘nubuat’ dan ‘ramalan’. Nubuat adalah berita yang pasti akan terjadi, sedangkan ramalan belum pasti terjadi. Istilah ramalan biasanya digunakan untuk memperkirakan keadaan cuaca atau nasib orang lain. Tidak pernah istilah nubuat dipergunakan untuk kedua hal itu. Istilah nubuat hanya dipakai untuk hal rohani.

Jika seorang "nabi" dan juga sebagai "guru" memiliki kehidupan sesuai dengan apa yang diyakini dan diajarkan, perilakunya tidak bertentangan dengan norma sosial, moralitas dan kesusilaan, ia disukai oleh orang-orang yang "baik" dan "miskin", yang dikenal ataupun tidak dikenalnya. Dalam kehidupan dia tidak memiliki "cela" sedikit pun, tidak menyusahkan ataupun menyakiti sesama manusia, hidup bersih dengan "tidak bernoda" dan sempurna, sehingga layak disebut sebagai "orang yang tidak berdosa", maka seluruh ajaran "nabi" dan juga "guru" tersebut bukan saja disebut "baik", tetapi juga ajaran-nya adalah ajaran kebenaran yang bisa dipercaya. Namun sebaliknya, jika seorang nabi dan guru tersebut memiliki kehidupan yang berbeda atau menyimpang dari keseluruhan, atau sebagian atau pun satu saja item ajarannya, dalam hidupnya pernah bertentangan dengan norma sosial, moralitas dan kesusilaan, bahkan perilaku yang tidak disukai oleh orang-orang "baik" dan "miskin", walau kenal ataupun tidak dikenalnya, hidupnya bercela, pernah menyusahkan ataupun menyakiti sesama manusia, penuh noda, dan tidak sempurna, sehingga dirinya disebut sebagai "orang yang berdosa", maka seluruh ajarannya yang kelihatan "baik" akan "runtuh" dan ajaran nabi itu bukan-lah suatu ajaran "kebenaran" dan tidak bisa dipercaya.

Kehidupan "Nabi" dan "Guru" sangat menentukan "kebaikan" dan "kebenaran" dari ajaran yang dimiliki, yang wajib disaksikan oleh dirinya sendiri, orang-orang lain, maupun pihak yang memiliki "hak" dan "kewenangan" secara hukum manusia untuk membenarkan seseorang. Hal ini bisa dijadikan kriteria dan indikator sesuai dengan prinsip sosial, kemanusiaan dan keberadaban umat manusia di dunia. Ajaran dan filsafat manapun di dunia ini pasti memberikan dukungan positif terhadap penggunaan kriteria dan indikator dalam menilai "kebaikan" dan "kebenaran" dari suatu ajaran agama dan aliran kepercayaan. Kriteria dengan indikator atau alat ukur, selanjutnya digunakan untuk menguji berbagai macam "pondasi" dari "bangunan yang telah dibangun" oleh para nabi dan guru pada semua ajaran. 

Setiap manusia tentu memiliki nilai "rasa" yang dimiliki sejak lahir kedalam dunia. Kehadiran "rasa" akan mendorong setiap manusia untuk menggunakan kriteria dan indikatornya dalam menilai "kebaikan" dan "kebenaran" dari suatu ajaran "agama" dan "aliran kepercayaan". Tentu, hanya manusia berakhlak yang akan menggunakan kriteria dan indikator untuk melakukan penilaian dan pengujian secara obyektif dan logis, sebelum ia meyakini ajaran dari nabi dan guru tertentu. Penentuan kriteria-kriteria dalam penilaian dan pengujian suatu ajaran agama dan aliran kepercayaan untuk dikategorikan sebagai ajaran "kebaikan" dan "kebenaran" dengan melakukan penekanan pada aspek nabi dan guru pendiri-nya, beserta berbagai indikator perlu memiliki dasar yang jelas dan pasti.

Para Kristen di Indonesia dalam melakukan hal tersebut, selalu dan "wajib" menggunakan satu sumber utama, yaitu Alkitab. Alkitab yang digunakan adalah Alkitab Terjemahan Baru/TB yang diterbitkan secara resmi oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) Tahun 1974. Kristen sangat percaya dan yakin bahwa Alkitab terdiri dari kitab-kitab yang berisi tulisan yang di-ilhamkan Allah yang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2 Timotius 3 : 16). Dengan demikian, seluruh rumusan kriteria-kriteria beserta indikatornya akan bersumber pada Alkitab sebagai sumber utama.

Dengan mengacu pada Alkitab, maka pedoman penting yang perlu digunakan dalam melakukan penilaian dan pengujian terhadap ajaran agama dan aliran kepercayaan di dunia, sehingga “layak” dikategorikan sebagai ajaran "kebaikan" dan "kebenaran", melalui penekanan pada aspek nabi dan guru pendiri-nya, telah terlihat dengan sangat jelas dalam perkataan Yesus Kristus ketika Dia menyatakan diri-Nya kepada murid-murid-Nya  yang saat itu masih dalam “keraguan” dan “kebimbangan” mereka. Termasuk untuk menepis segala “hasutan” banyak orang yang menyangsikan diri-Nya. 

Berikut ini adalah cuplikan perkataan Yesus Kristus :

Kata Tomas kepada-Nya : "Tuhan, kami tidak tahu kemana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?" Kata Yesus kepadanya : "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia."

Kata Filipus kepada-Nya : "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami." Kata Yesus kepadanya : " Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata : Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.

Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya,

” Percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri ” 

Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya." 
(Yohanes 14 : 5 - 14)


Cuplikan perkataan Yesus Kristus pada kitab Yohanes 14 : 5 – 14 tersebut diatas, memberikan pedoman untuk merumuskan kriteria penilaian dan pembuktian terhadap suatu ajaran agama dan aliran kepercayaan  yang “layak” disebut ajaran “Kebaikan” dan “Kebenaran”, disaat banyak manusia “bingung” untuk memutuskan pilihan yang tepat, sehingga perlu dilakukan pengkajian terhadap ”Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh ajaran-ajaran agama dan aliran kepercayaan”, baik pendirinya dan guru yang mengajarkannya, maupun hasil yang nampak dan telah dilakukan oleh mereka. Sehingga orientasi utama dalam penilaian dan pembuktian, dititikberatkan pada : 

(i) Kebenaran tanda kenabian yang dimiliki oleh seorang Nabi dan Guru sebagai pendiri agama dan aliran kepercayaan tertentu ; 

(ii) Kehidupan, perilaku dan perbuatan baik dan benar yang telah dilakukan atau dimiliki oleh Nabi dan Guru semasa ia hidup di dunia ; dan 

(iii) Pengakuan dari "Oknum Yang Maha Kuasa" kepada Nabi dan Guru tersebut, dirinya sendiri dan pihak lain yang berasal dari berbagai macam strata sosial

Hal-hal inilah yang dimaksudkan dengan “Pekerjaan-pekerjaan itu sendiri” sesuai perkataan Yesus Kristus. Sehingga genaplah firman TUHAN ALLAH yang tertulis dalam kitab Mazmur 78 : 11 : “Mereka melupakan pekerjaan-pekerjaan-Nya  dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib,  yang telah diperlihatkan-Nya kepada mereka.”

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dirumuskan kriteria-kriteria untuk menilai "kebaikan" dan "kebenaran" dari suatu ajaran agama dan aliran kepercayaan, yaitu : 1). Kebenaran tanda kenabian yang dimiliki oleh seorang Nabi dan Guru sebagai pendiri agama dan aliran kepercayaan tertentu ; 2). Kehidupan, perilaku dan perbuatan baik dan benar yang telah dilakukan (dimiliki) oleh Nabi dan Guru semasa ia hidup di dunia ; dan 3. Pengakuan dari "Oknum Yang Maha Kuasa" kepada Nabi dan Guru tertentu, dirinya sendiri dan pihak lain yang berasal dari berbagai macam strata sosial.

Dasar Penentuan Kriteria 1, “kebenaran tanda kenabian yang dimiliki oleh seorang Nabi dan Guru sebagai pendiri agama dan aliran kepercayaan tertentu”, diperoleh dari beberapa kutipan ayat Alkitab, berikut ini :
  1. Dahulu di antara orang Israel, apabila seseorang pergi menanyakan petunjuk Allah, ia berkata begini : "Mari kita pergi kepada pelihat," sebab nabi yang sekarang ini disebutkan dahulu pelihat. (Kejadian 20 :7).
  2. Orang yang tidak mendengarkan segala firman-Ku yang akan diucapkan nabi itu demi nama-Ku, dari padanya akan Kutuntut pertanggungjawaban. (Ulangan 18 : 19).
  3. Lalu berfirmanlah Ia:"Dengarlah firman-Ku ini. Jika di antara kamu ada seorang nabi, maka Aku, TUHAN menyatakan diri-Ku kepadanya dalam penglihatan, Aku berbicara dengan dia dalam mimpi. (Bilangan 12 : 6).
  4. Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini ; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya. (Ulangan 18 : 18).
  5. Tetapi mengenai seorang nabi yang bernubuat tentang damai sejahtera, jika nubuat nabi itu digenapi, maka barulah ketahuan, bahwa nabi itu benar-benar diutus oleh TUHAN. (Yeremia 28 : 9).
  6. Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi nama-Ku perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati. (Ulangan 18 : 20).
  7. Apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya. (Ulangan 18 : 22).
  8. Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, dan apabila tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk : Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya, maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi tu; sebab TUHAN, Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintah-Nya, suara-Nya harus kamu dengarkan, kepada-Nya harus kamu berbakti dan berpaut. Nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak murtad terhadap TUHAN, Allahmu, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir dan yang menebus engkau dari rumah perbudakan--dengan maksud untuk menyesatkan engkau dari jalan yang diperintahkan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dijalani. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu. (Ulangan 11 : 1-5).
  9. Sebab Aku tidak mengutus mereka, demikianlah firman TUHAN, tetapi mereka bernubuat palsu demi nama-Ku, sehingga kamu Ku ceraiberaikan dan menjadi binasa bersama-sama dengan nabi-nabi yang bernubuat kepadamu itu. (Yeremia 27 : 15).
  10. Sungguh, beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel : Janganlah kamu diperdayakan oleh nabi-nabimu yang ada di tengah-tengahmu dan oleh juru-juru tenungmu, dan janganlah kamu dengarkan mimpi-mimpi yang mereka mimpikan! (Yeremia 29 : 8).
  11. Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata : "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" (Matius 19 : 16) ; dan 
  12. Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada-Nya : "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. (Matius 22 : 16).
  13. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?". (Markus 4 : 38).
  14. Kata seorang dari orang banyak itu : "Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu, karena ia kerasukan roh yang membisukan dia." (Markus 19 : 17).
  15. Kata Yohanes kepada Yesus : "Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita". (Markus 9 : 38).
  16. Sesungguhnya, Allah itu mulia di dalam kekuasaan-Nya; siapakah guru seperti Dia?.(Ayub 36 : 22).
  17. Dan masih banyak ayat Alkitab lain yang menyatakan kriteria tentang kebenaran tanda kenabian yang dimiliki oleh seorang Nabi dan Guru sebagai pendiri agama dan aliran kepercayaan tertentu.

Dasar Penentuan Kriteria 2, “Kehidupan, perilaku dan perbuatan baik dan benar yang telah dilakukan (dimiliki) oleh Nabi dan Guru semasa ia hidup di dunia”, dapat dilihat dari beberapa kutipan ayat dalam Alkitab Kristen berikut ini :
  1. Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya!" (Wahyu 22 : 11) ;
  2. Anak-anakku, janganlah membiarkan seorangpun menyesatkan kamu. Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar. (1 Yohanes 3 : 7) ;
  3. Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman. (Yakobus 2 :24) ;
  4. Kalau Aku berfirman kepada orang benar : Engkau pasti hidup! -- tetapi ia mengandalkan kebenarannya dan ia berbuat curang, segala perbuatan-perbuatan kebenarannya tidak akan diperhitungkan, dan ia harus mati dalam kecurangan yang diperbuatnya. (Yehezkiel 33 : 13) ;
  5. Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata : "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" (Matius 19 : 16) ;
  6. Dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita. (Titus 2 : 7-8) ;
  7. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah  diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik. (2 Timotius 3 : 16-17) ;
  8. Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa. (Yakobus 4 : 17) ;
  9. Dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum. (Yohanes 5 : 29);
  10. Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh : yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa. (Pengkhotbah 7 : 20) ;
  11. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman. (Galatia 6 : 10) ;
  12. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian. (Lukas 6 : 33) ;
  13. tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah. (Yohanes 3 : 21) ;
  14. Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain?. (Yakobus 2 : 25) ;
  15. Demikianlah perbuatan Hizkia di seluruh Yehuda. Ia melakukan apa yang baik, apa yang jujur, dan apa yang benar di hadapan TUHAN, Allahnya. (1 Tawarikh 31 : 20) ;
  16. Pengajaran yang benar ada dalam mulutnya dan kecurangan tidak terdapat pada bibirnya. Dalam damai sejahtera dan kejujuran ia mengikuti Aku dan banyak orang dibuatnya berbalik dari pada kesalahan. (Maleakhi 2 : 6) ;
  17. Dan masih banyak ayat Alkitab lain yang menyatakan kriteria tentang Kehidupan, perilaku dan perbuatan baik dan benar yang telah dilakukan (dimiliki) oleh Nabi dan Guru semasa ia hidup di dunia.
Dasar Penentuan Kriteria 3,  “Pengakuan dari "Oknum Yang Maha Kuasa" kepada Nabi dan Guru tertentu, dirinya sendiri dan pihak lain yang berasal dari berbagai macam strata sosial”, dapat dilihat dari beberapa kutipan ayat dalam Alkitab Kristen berikut ini :
  1. Dan Aku akan membuat keadilan menjadi tali pengukur, dan kebenaran menjadi tali sipat; hujan batu akan menyapu bersih perlindungan bohong, dan air lebat akan menghanyutkan persembunyian." (Yesaya 28 : 17) ;
  2. Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Apabila Aku mengatakankebenaran, mengapakah kamu tidak percaya kepada-Ku? (Yohanes 8 : 46) ;
  3. Jikalau kamu tahu, bahwa Ia adalah benar, kamu harus tahu juga, bahwa setiap orang, yang berbuat kebenaran, lahir dari pada-Nya ;
  4. maka Engkaupun kiranya mendengarkannya di sorga dan bertindak serta mengadili hamba-hamba-Mu, yakni menyatakan bersalah orang yang bersalah dengan menanggungkan perbuatannya kepada orang itu sendiri, tetapi menyatakan benar orang yang benar dengan memberi pembalasan kepadanya yang sesuai dengan kebenarannya. (1 Raja-Raja 8 : 32) ;
  5. Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? (Yakobus 2 :21) ;
  6. Saudaraku yang kekasih, janganlah meniru yang jahat, melainkan yang baik.  Barangsiapa berbuat baik, ia berasal dari Allah, tetapi barangsiapa berbuat jahat, ia tidak pernah melihat Allah. (3 Yohanes 1 : 11) ;
  7. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmuyang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5 : 16) ;
  8. Ada seorang pemimpin bertanya kepada Yesus, katanya : "Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” (Lukas 18 : 18) ;
  9. Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri. (Amsal 11 : 17) ;
  10. Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya. (Roma 13 : 3) ;
  11. Maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. (1 Petrus 2 : 14) ;
  12. Tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani.(Roma 2 : 10) ;
  13. Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. (Roma 5 : 18) ;
  14. Sebab orang benar ini tinggal di tengah-tengah mereka dan setiap hari melihat dan mendengarperbuatan-perbuatan mereka yang jahat itu, sehingga jiwanya yang benar itu tersiksa. (2 Petrus 2 : 8) ;
  15. Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah. (Roma 4 : 2) ;
  16. Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah. (2 Korintus 4 :2) ;
  17. Dan masih banyak ayat Alkitab lain yang menyatakan kriteria tentang Pengakuan dari "Oknum Yang Maha Kuasa" kepada Nabi dan Guru tertentu, dirinya sendiri dan pihak lain yang berasal dari berbagai macam strata sosial. 

Beberapa kutipan isi Alkitab sebagai dasar bagi kriteria-kriteria penilaian maupun pengujian terhadap "kebaikan" dan "kebenaran" dari suatu ajaran agama dan aliran kepercayaan dengan penekanan pada aspek “Nabi” dan “Guru”, selanjutnya dijabarkan menjadi 30 indikator atau alat ukur, sebagai berikut : 

A.   Kriteria 1. “Kebenaran tanda kenabian yang dimiliki oleh seorang Nabi dan Guru sebagai pendiri agama dan aliran kepercayaan tertentu”. 

Kriteria kebenaran tanda kenabian ini menunjukkan bahwa sang "nabi dan guru" adalah utusan yang benar dari "Oknum Yang Mahakuasa" untuk menyampaikan firman-Nya sebagai ajaran kepada manusia. Kriteria ini diukur dengan 5 (lima) indikator, antara lain :
  1. “Nabi dan Guru” telah dinubuatkan kehadiran-nya oleh nabi yang lain sebelum dia, sebanyak minimal 2 (dua) orang nabi ;
  2. “Nabi dan Guru” mampu melakukan tanda atau mujizat kepada segala makhluk hidup, diakui dan disaksikan oleh minimal 2 (dua) orang atau lebih saksi ;
  3. “Nabi dan Guru” membuat suatu "nubuat" atau perkataan tentang sesuatu yang belum terjadi, dan hal itu kemudian terjadi seperti perkataannya. Nubuat tersebut harus lebih dari 2 (dua) kali dan diakui serta disaksikan oleh minimal 2 (dua) orang atau lebih saksi ;
  4. “Nabi dan Guru” bukan seseorang yang menjadi salah satu dari : petenung, peramal, penelaah, penyihir, pemantera ataupun seseorang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang mati, dan hal ini diakui serta disaksikan oleh minimal 2 (dua) orang atau lebih saksi ;
  5. “Nabi dan Guru” berasal dari orang tua (termasuk leluhur) yang baik hati, setia, taat dan menyembah "Oknum Yang Mahakuasa" sama dengan dirinya yang diakui serta disaksikan oleh minimal 2 (dua) orang atau lebih saksi.


Diagram Kriteria 1. Kebenaran tanda kenabian yang dimiliki oleh seorang Nabi dan Guru sebagai pendiri agama dan aliran kepercayaan tertentu
   
B.   Kriteria 2. “Kehidupan, perilaku dan perbuatan baik dan benar yang telah dilakukan (dimiliki) oleh Nabi dan Guru semasa ia hidup di dunia”. 

Kriteria ini menunjukkan bahwa sang "nabi dan guru" adalah orang yang memiliki kehidupan, perilaku dan perbuatan yang baik dan benar selama ia hidup di dunia menurut penilaian manusia. Kriteria ini diukur dengan 10 (sepuluh) indikator, antara lain :
  1. Nabi dan Guru memiliki keinginan hati dan perbuatan baik untuk menolong orang lain, sebanyak minimal 2 (dua) kali dan hal ini diakui serta disaksikan oleh minimal 2 (dua) orang atau lebih saksi ;
  2. Nabi dan Guru melakukan kebaikan kepada semua orang dari berbagai strata sosial lebih dari 2 (dua) kali, diakui dan disaksikan oleh minimal dua orang atau lebih ;
  3. Nabi dan Guru memiliki perilaku yang tidak bertentangan dengan norma sosial, moralitas dan kesusilaan sehingga ia disukai oleh banyak orang dan diakui serta disaksikan oleh minimal 2 (dua) orang saksi atau lebih ;
  4. Nabi dan Guru tidak memiliki kesalahan atau “cela” dan tidak ditemukan kesalahan pada dirinya, yang diakui oleh minimal 2 (dua) saksi yang dipercaya ;
  5. Nabi dan Guru tidak pernah menyusahkan dan menyakiti sesama manusia dan hal ini diakui serta disaksikan oleh minimal 2 (dua) orang saksi atau lebih ;
  6. Nabi dan Guru hidup bersih dengan tidak bernoda sehingga layak disebut sebagai Orang Yang Tidak Berdosa ;
  7. Nabi dan Guru memiliki murid-murid yang dapat meneruskan ajaran-nya ;
  8. Nabi dan Guru hidup seperti manusia secara sempurna seperti manusia lain ;
  9. Nabi dan Guru melakukan sesuatu yang “istimewa” dan “luar biasa” dan hal ini tidak bisa dilakukan oleh siapapun juga di dunia ini, diakui serta disaksikan oleh minimal 2 (dua) orang saksi atau lebih ;
  10. Kematian Sang “Nabi dan Guru” disertai dengan tanda-tanda alam yang dirasakan oleh banyak orang, minimal 3 (tiga) tanda yang “ajaib”.



Diagram Kriteria 2. Kehidupan, perilaku dan perbuatan baik dan benar yang telah dilakukan (dimiliki) oleh Nabi dan Guru semasa ia hidup di dunia

C. Kriteria 3. “Pengakuan dari "Oknum Yang Maha Kuasa" kepada Nabi dan Guru tertentu, dirinya sendiri dan pihak lain yang berasal dari berbagai macam strata sosial”. 

Kriteria ini menunjukkan bahwa sang "nabi dan guru" adalah orang yang mendapatkan pengakuan dari “Oknum Yang Maha Kuasa” sehingga ia sangat yakin dengan tugasnya, dia memberikan kesaksian tentang dirinya sendiri dan mendapatkan pengakuan dari pihak lain dari berbagai strata kehidupan. Kriteria ini diukur dengan 15 (lima belas) indikator, antara lain :
  1. Nabi dan Guru tersebut mendapatkan pengakuan dan kesaksian dari “Oknum Yang Mahakuasa”, minimal sebanyak 2 (dua) kali dengan cara yang “luar biasa” ;
  2. Nabi dan Guru tersebut mendapatkan pengakuan dari Malaikat sebanyak minimal 2 (dua) kali oleh lebih dari 2 (dua) Malaikat ;
  3. Nabi dan Guru tersebut mendapatkan pelayanan dari Malaikat sebanyak minimal 2 (dua) kali oleh lebih dari 2 (dua) Malaikat ;
  4. Nabi dan Guru tersebut mendapat pengakuan dari para nabi jauh sebelum ia berada di dunia lebih dari 2 (dua) orang nabi ;
  5. Nabi dan Guru tersebut mendapat pengakuan dan kesaksian dari nabi lainnya sejaman dengan dia, minimal 2 (dua) orang nabi, yakni mewakili 1 (satu) nabi laki-laki dan 1 (satu) orang nabi perempuan ;
  6. Nabi dan Guru tersebut disembah oleh orang asing yang belum pernah mendengar ajarannya, dan ia menerima sembahan itu, minimal 2 (dua) orang yang diakui dan disaksikan lebih dari 2 (dua) orang saksi yang dipercaya ;
  7. Nabi dan Guru tersebut mendapat pengakuan dan kesaksian dari Kalangan Imam, Guru Agama dan Pemimpin Agama di jamannya, minimal 2 (dua) orang ;
  8. Nabi dan Guru tersebut mendapat pengakuan dan kesaksian dari keluarga terdekatnya, yakni : ibu dan minimal 2 (dua) orang saudaranya ;
  9. Nabi dan Guru tersebut mendapat pengakuan dan kesaksian dari Pemerintah yang resmi dengan otoritas dan kewenangan tertinggi di wilayah tempat dia berada, baik : Wali Negeri, Raja maupun Pemimpin Militer ;
  10. Nabi dan Guru tersebut mendapatkan pengakuan dari orang miskin dan lemah minimal sebanyak 2 (dua) orang dan disaksikan oleh lebih dari 2 (dua) orang saksi ;
  11. Nabi dan Guru tersebut mendapatkan pengakuan dari orang kaya minimal sebanyak 2 (dua) orang dan disaksikan oleh lebih dari 2 (dua) orang saksi ;
  12. Nabi dan Guru tersebut mendapatkan pengakuan dari orang asing  dan orang yang tidak dikenalnya minimal sebanyak 2 (dua) orang ;
  13. Nabi dan Guru tersebut mendapatkan pengakuan dan kesaksian untuk disebut sebagai : Tuhan, Mesias dan Anak Allah, masing-masing pernyataan minimal berasal 2 (dua) orang, dan disaksikan oleh lebih dari 2 (dua) orang saksi ;
  14. Nabi dan Guru tersebut pernah di “cobai “ oleh iblis dan ia menang lebih dari 2 (dua) kali dan mendapatkan pengakuan dari orang yang kerasukan setan lebih dari 2 (dua) kali ;
  15. Nabi dan Guru memiliki kuasa atas ciptaan TUHAN ALLAH lainnya selain manusia, dan ciptaan tersebut tunduk kepadanya minimal 2 (dua) jenis, dan disaksikan oleh lebih dari 2 (dua) orang saksi.



Diagram Kriteria 3. Pengakuan dari "Oknum Yang Maha Kuasa" kepada Nabi dan Guru tertentu, dirinya sendiri dan pihak lain yang berasal dari berbagai macam strata sosial

Kriteria-kriteria maupun indikator-indikator yang telah dipaparkan diatas, barulah sebagian kecil dari sekian banyak kriteria dan indikator yang tertulis dalam Alkitab Kristen untuk menilai seorang Nabi dan Guru dari suatu ajaran agama dan aliran kepercayaan secara obyektif dan logis, apakah ajaran yang diberikan adalah ajaran “Kebaikan” dan “Kebenaran” ataukah bukan.

Terdapat sesuatu yang cukup unik dalam penjabaran indikator-indikator tersebut, sebagian besar tertulis “minimal 2 (dua) kali/jenis, dan disaksikan oleh lebih dari 2 (dua) orang saksi”, hal ini digunakan sebab dalam Alkitab Kristen memberikan suatu persyaratan bahwa suatu perkara dapat dikatakan “sah” apabila terdapat saksi lebih dari atau minimal 2 (dua) orang. Berikut ini adalah kutipan ayat-ayat Alkitab terkait saksi terhadap suatu perkara :

Matius 16 : 18
Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan.”

1 Korintus 14 : 29
Tentang nabi-nabi --baiklah dua atau tiga orang di antaranya berkata-kata dan yang lain menanggapi apa yang mereka katakan.”

2 Korintus 13 : 1
Ini adalah untuk ketiga kalinya aku datang kepada kamu : Baru dengan keterangan dua atau tiga orang saksi suatu perkara sah.”

Ulangan 17 : 6
Atas keterangan dua atau tiga orang saksi haruslah mati dibunuh orang yang dihukum mati; atas keterangan satu orang saksi saja janganlah ia dihukum mati.

Ulangan 19 : 15
"Satu orang saksi saja tidak dapat menggugat seseorang mengenai perkara kesalahan apapun atau dosa apapun yang mungkin dilakukannya; baru atas keterangan dua atau tiga orang saksi perkara itu tidak disangsikan.

Berikut ini adalah diagram kriteria-kriteria maupun indikator-indikator untuk menilai seorang Nabi dan Guru dari suatu ajaran agama dan aliran kepercayaan secara obyektif dan logis, apakah ajaran yang diberikan adalah ajaran “Kebaikan” dan “Kebenaran” ataukah bukan. 

Diagram kriteria-kriteria maupun indikator-indikator untuk menilai seorang Nabi dan Guru dari suatu ajaran agama dan aliran kepercayaan secara obyektif dan logis

Demikianlah kriteria-kriteria maupun indikator-indikator untuk menilai seorang "Nabi" dan "Guru" dari suatu ajaran agama dan aliran kepercayaan secara obyektif dan logis, apakah ajaran yang diberikan adalah ajaran “Kebaikan” dan “Kebenaran” ataukah bukan. Dan dalam analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa hanya Yesus Kristus saja yang mampu memenuhi seluruh kriteria dan indikator-indikator sebagai seorang "Nabi dan Guru" yang baik dan benar, itu sebabnya ajaran-Nya adalah ajaran "Kebaikan" dan "Kebenaran", bahkan dengan "Kemuliaan-Nya", Dia layak disembah sebagai TUHAN ALLAH.

Berikut ini adalah gambar ilustrasi konsep "nabi" dan "guru" dari suatu ajaran agama dan aliran kepercayaan yang dinilai tidak obyektif dan tidak logis, akan di "dorong" keluar dari "jalan kehidupan manusia", sebab manusia mencari sesuatu yang "baik" dan "benar" :



(Secara lengkap analisis terkait dapat dicermati dalam tulisan : "YESUS KRISTUS Memenuhi Kriteria sebagai "Nabi" dan "Guru", dan Layak disebut " TUHAN ALLAH"). 

Sumber :

1. Alkitab KRISTEN, Terjemahan Baru (TB) Terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) Tahun 1974 ;
2. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ;
5. Hasil analisis, 2017.

Putra Dari Ufuk Timur.-

The Bird of Paradisaea